Bayaran tinggi & sarana berlimpah menjadi salah satu magnet bekerja di Google. Tidak ayal, tidak sedikit yg mengantre utk sanggup kerja di perusahaan internet itu. Lebih-lebih di kantor pusatnya yg berada di Mountain View, California, Amerika Serikat.
Tetapi dari ribuan atau barangkali puluhan ribu karyawan Google di Mountain View, ada kurang lebih 30-40 orang Indonesia di sana. IndoGooglers -- begitu sebutan mereka -- berhasil menunjukkan terhadap dunia bahwa sumber daya manusia Indonesia tidak kalah dgn negeri lain.
Lebih-lebih Google dikenal yang merupakan perusahaan yang di cita citakan, di mana mereka yg bergabung serta ialah beberapa orang pilihan.
Laszlo Bock, Head of People Operation Google sekian banyak diwaktu dulu sempat mengungkapkan bahwa dari lebih kurang 2 juta lamaran yg datang dari seluruhnya dunia, cuma 5.000 saja dapat di terima. Tiap pelamar kira-kira miliki kesempatan 400 banding 1.
Bahkan, tidak sedikit yg coba menyuap Bock supaya di terima menjadi Petugas Google. Tidak sedikit serta yg mengancamnya. Namun Bock tentukan seluruh proses perekrutan karyawan Google dilakukan dgn obyektif.
Menjadi mampu tergambar betapa kerasnya persaingan utk menjadi Googlers. Hamdani Rosyid, IndoGoolers yg telah 2 thn lebih di Google mengakui bahwa utk dapat di terima perlu perjuangan.
Dani - sapaannya -- ialah anggota tim engineer Google Payment di Mountain View yg ori dari Pekanbaru. Kebetulan, beliau mengenyam bangku kuliah di Singapura & pernah bekerja di sana. Dari situlah, Dani sejak mulai meretas jalan utk jadi Googlers.
"Dulu aku tidak jarang ikut lomba pemrograman online, gak menang pula sih, paling urutan 1.000 sekian. Entah macam mana, Google dulu mengontak aku & ditawari buat kerja. Kirim resume dulu diatur saat interviewnya," ungkap Dani ketika berjumpa dgn di kantor Google, Mountain View, California, Amerika Serikat.
Sesi interview inilah yg dianggap Dani yang merupakan tes paling susah. Ada dua step interview yg mesti dilalui. Step perdana lewat telpon tatkala 30-45 menit. Pertanyaan yg diajukan terkait pemrograman. Seminggu berselang, diberi informasi lolos interview via telpon & lanjut ke interview di kantor Google.
"Saat itu diberi bahan soal apa yg dapat ditanyakan. Aku saat itu menggali ilmu lalu, lantaran bila gak mempelajari, gak kemungkinan bagi aku, sebab materinya tidak sedikit & susah seperti tes masuk perguruan tinggi. Menjadi selagi sekian banyak pekan itu aku meminjam buku dari perpustakaan konsisten mempelajari disaat weekend".
"Saat itu masihlah kerja pun di Singapura. Menjadi belajarnya di diwaktu luang & weekend. Sesudah interview nyatanya Alhamdulillah yg aku pelajari tidak sedikit yg ke luar. Awalnya, agak ragu-ragu namun Alhamdulillah akan," syukur Dani.
Lain lagi bersama pengalaman Amanda Surya, IndoGooglers yg diwaktu ini ditempatkan di Nest -- anak bisnis Google. Dia bercerita, dahulu tidak sempat melamar ke Google. Justru dia yg dikejar-kejar raksasa tehnologi itu & ditawari tugas.
Tetapi konsisten saja ada tes yg mesti dilalui, di mana beliau diberikan pekerjaan menciptakan acara pc kurun waktu dua hri.
"Kalau semuanya terlihat keren, baru dipanggil interview. Disuruh bikin acara gitu, coding. Beda dgn kini, dulu(Google) lebih mungil, maka lebih selektif," lanjut perempuan yg telah 9 thn bekerja di Google & sempat memperkuat tim YouTube, Google Wallet & Android.
Sementara Jerry pula punyai pengalaman yg dibilang rezeki nomplok waktu direkrut Google. Dirinya bercerita, waktu itu sejatinya sahabat Jerry yg ditawari tugas di Google. "Namun sebab sahabat aku telah kerja di ruangan lain sehingga beliau merekomendasikan aku. Nah, jadilah aku dikontak Google & masuk ke sini," lanjutnya.
Intinya, ibarat pepatah, tidak sedikit jalan menuju kantor Google di Mountain View. Kamu tidak mesti senantiasa berasal dari lulusan universitas luar negara utk mampu di terima di sini
Menurut Dani, jikalau profesi yg digeluti yakni satu orang engineer, telah tentu kekuatan teknis yaitu faktor penting buat dapat jadi Googlers. Tidak Hanya itu baru kapabilitas komunikasi, lantaran Kamu tidak ingin bekerja sendiri, melainkan dalam satu buah tim.
"Interview berat dari sudut teknis, soal-soal algoritma, itu teknikal banget. Jika gak ngerti, interview gak dapat dapat jawab, seperti UMPTN. Interview itu yg paling mutlak di Google sebelum kelak diputuskan oleh tim panel seleksi," papar Dani.
Sementara Amanda menegaskan bahwa kebolehan Sumber Daya Manusia Indonesia tidak kalah kok bersama negeri lain. Entah itu dari sudut komunikasi atau urusan teknis, tinggal bekal kepercayaan diri saja yg pun mesti diasah. "Percaya diri mutlak. Jangan Sampai hingga ada pikiran, aku dari Indonesia kalah kebolehan dari negeri lain. Jikalau mikir tajir gitu, sulit masuk Google," pungkasnya
